1.
FIXISM DAN MOBILISM
Sebelum abad ke-20 terdapat 2 teori yang menjelaskan tentang
pembentukan bumi dahulu hingga sekarang, “fixism”dan
“mobilism”.Fixismyaitu bumi hanya
mengalami gerak vertikal tidak mengalami gerak horizontalyang didukung oleh European and Russian Earth Science Schoolssedangkan
mobilism yaitu bumi dibentuk oleh
gerak horizontal (Wegener, 1912).Sampai akhir tahun 1960, sebagian besar orang
percaya bahwa bumi itu statis, benua-benua terpisah karena adanya kenaikan muka
air laut yang membanjiri daratan atau bagian benua mengalami runtuhan dari
gerak vertikal tersebut sehingga longitude dan latitude bumi tidak
berubah.Sebelum teori fixism, pada
tahun 1912-1924 berkembang teori mobilism
yang dipelopori oleh AlfredWegener dalam publikasi pertamanya Origin of Continents and Ocean (1915).
Wegener membayangkan bahwa bumi awalnya menjadi satu kesatuan benua yang
disebut Pangea dan kemudian terpecah
menjadi dua bagian yaitu Laurasia dan
Gondwana melalui mekanisme continental drift dan terakhir terpecah menjadi beberapa
lempeng sampai permukaan bumi terbentuk sekarang.Akan tetapi, Wegener tidak
berhasil memberikan bukti pendukung yang menyebabkan benua bergerak.Pada awal
dekade 1950-an dikembangkan paleomagnetisme sebagai ilmu pengetahuan baru yang
banyak memberikan data untuk mendukung teori Wegener. Pada awal tahun 1953,
sampel dari India menunjukkan daerah ini dulunya terletak pada lintang selatan
sesuai prediksi Wegener.Tahun 1959 telah cukup data dan bukti untuk membuka
pikiran sehingga teori mobilism lebih
bisa diterima.
Gambar 1. Teori Mobilims (a) (Wegener, 1912) dan Teori Fixism
(b) (Krill Book Cover,
2011)
Konsep dasar teori
geosinkiln pertama kali dikenalkan oleh James Hall pada tahun 1859 dan kemudian
dipublikasikan oleh James Dana pada tahun 1873.Teori geosinklin menyatakan
bahwa suatu daerah pada kerak bumi mengalami penurunan akibat sedimentasi yang
tebal yang menyebabkan subsidence.Endapan
sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang
membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah
terbentuk akanmengalami kenaikan akibat gaya penyeimbang yang disebabkan gaya
vertikal.Pada saat itu, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja
pada bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi
diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang
terdeformasi.Konsep tersebut menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang
atau seperti cekungan dalam skala ribuan meteryang terus menurun akibat dari
akumulasi batuan sedimen dan vulkanik. Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat
dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya
terlipat dan tersesarkan.Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang
atau isostasi.Kelemahan dari teori ini yaitu tidak bisanya menjelaskan
asal-usul vulkanik yang terbentuk di bumi.
Gambar 2. Penampang melintang teori Geosinklin (Marshall, 1948)
3. TEORI
APUNGAN BENUA
Alfred
Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman pada tahun 1912 melontarkan
konsep Apungan Benua (Continental
Drift) pada sebuah buku yang berjudul “The Origin of the Continent and Ocean” yang pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1915. Hipotesa utamanya adalah adanya
satu daratan yang dinamakan Pangea
yang dikelilingi oleh lautan dan kemudian Pangea
ini mulai berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan Gondwana (belahan bumi selatan).Pada
periode Jura, hingga pada akhir Kapur, dua kontinen ini memisahkan diri kembali
menjadi daratan-daratan yang terlihat seperti kontinen pada saat sekarang.
Wegener
memberikan bukti-bukti untuk membenarkan teori apungan benua tersebut, beberapa
diantaranya sekuen dari marine, nonmarine, dan batuan glasial yang
berumur karbon sampai jura ditemukan sekuan stratigrafi yang sama pada bagian
Gondwana (Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India). Semua
benua tersebut sekarang terpisah dan memiliki perbedaan lingkungan pengendapan
dan iklim yang berbeda. Wegener berpendapat, jika Gondwana tersebut merupakan
satu daratan, kemungkinan bisa memiliki sekuan stratigrafi yang sama. Wegener
juga menemukan fakta bahwa ditemukannya bentuk fosil tumbuhan dan hewan yang
memiliki umur yang sama ditemukan di sekitar pantai kontinen yang berbeda, ini menandakan
bahwa kontinen tersebut pernah bersatu. Misalnya, fosil buaya air tawar
ditemukan di Brazil dan Afrika selatan juga fosil reptil air Lystrosaurus juga ditemukan pada batuan
berumur sama dari berbagai lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Antartika. Dalam hipotesa teori apungan benua terdapat
masalah yang belum dapat dijelaskan oleh Wegener yaitu karena Wagener tidak
mampu menjelaskan bagaimana mekanisme penyebab benua-benua tersebut bergerak.
Gambar 3. Distribusi Sekuen Stratigrafi Benua Gowndwana (a) dan Penyebaran Fosil Benua (b) (Modifikasi Wegener,
1912)
4.
TEORI PEMEKARAN LANTAI SAMUDERA
Teori pemekaran lantai samudera dikenalkan pertama kali
oleh seorang ahli geofisika dari Amerika yang bernama Harry H, Hess pada tahun
1960 dalam tulisannya yang berjudul “Essay
in Geopoetry Describing Evidence for Sea-Floor Spreading”.Teori ini adalah
teori yang mendukung berkembangnya teori tektonik lempeng.Hipotesa pemekaran
lantai samudra pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian
kerak bumi yang berada didasar samudera dan tepat di pematang tengah samudera
mengalami pemekaranyang diakibatkan oleh gaya tarikan yang disebabkan oleh arus
konveksi dari magma sehingga magma yang berada pada mantel bumi naik keatas dan
membeku menjadi kerak bumi yang baru.
Bukti dari pematang tengah samudera adalah ketika
membandingkan gradien panas batuan sedimen yang dapat dibandingkan dengan kerak
benua kecuali didaerah dekat dengan pematang tengan samudera yang memiliki
gradient panas yang lebih tinggi.Disamping itu, bagian lempeng masuk ke zona
subduksi, memiliki kemiringan sudut sekira 450. Lempeng ini terus
tenggelam ke dalam astenosfer, yang karena proses waktu yang berjuta-juta
tahun, disertai pemanasan yang kuat dari dalam, bagian yang menekuk ini lama
kelamaan akan pecah, hancur-lebur, dan menjadi bagian dalam bumi kembali.
Bagian-bagian litosfer yang bergerak, retak, runtuh inilah yang merupakan
wilayah paling labil, yang menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa, dan
jalan yang lebih memungkinkan bagi magma untuk naik mencapai permukaan bumi,
membangun tubuhnya menjadi gunung api.
Gambar 4.
Perubahan kutub magnetik pada lantai samudera (Encyclopaedia Britannica, Inc,
2007)
5. TEORI
TEKTONIK LEMPENG
Teori ini terutama didukung oleh adanya Pemekaran Tengah
Samudera (Sea Floor Spreading) dan
bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid
Oceanic Ridge) yang diajukan oleh Hess (1960).Teori Tektonik Lempeng
berasal dari hipotesis continental drift
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya “The Origin of Continents and Oceans”
tahun 1915. Dia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti ‘bongkahan es’ dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan.Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada
di bawah laut.Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi
adalah kekuatan penggeraknya. Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang
mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya.
Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori
ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori
tektonik lempeng yang menjelaskan penyebaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan
keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone),
dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal
menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan
ilmuwan.Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap
yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta
hingga sekarang.
Gambar 5.Siklus
Tektonik Lempeng (Encyclopaedia Britannica, Inc, 2013)
6.
GERAK
VERTIKAL DAN HORIZONTAL
Pergerakan horizontal dari kerak ditemukan
dalam penelitian yang dilakukan di pematang tengah samudera oleh Hess 1960.
Pergerakan horizontal yang dikontrol oleh arus konveksi magma sehingga
terbentuk gaya tarikan yang menyebabkan gaya horizontal dari bumi. Gaya
vertikal bumi disebabkan oleh subsidence
atau uplift yang dikontrol oleh
tektonik lempeng. Pergerakan vertikal selalu dikontrol oleh pergerakan
horizontal. Gaya vertikal yang disebabkan oleh penurunan kerak bumi didaerah passive continentalyang disebabkan oleh
lapisan sedimen yang tebal sedangkan gaya vertikal uplift terjadi pada jalur orogenesa di daerah subduksi.Gerak vertikal
dan horizontal kerak juga dapat dikontrol oleh gerak divergen dan konvergen.Divergen
yaitu pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauh satu
dengan yang lain dimana gaya yang bekerja pada gerak ini adalah gaya tarikan
(tensional) sedangkan konvergen yaitu pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng
bergerak saling mendekati satu dengan yang lain dimana gaya yang bekerja pada
gerak ini adalah gaya kompresional
Gerak vertikal dan horizontal dapat
terjadi pada gerak tektonik orogenesa dan epirogenesa.Gerak tektonik orogenesa adalah
gerakan kulit bumi yang relatif cepat meliputi daerah yang sempit.Arah gerakan
lapisan kulit bumi secara vertikal maupun horizontal.Arah gerakan inilah yang
menyebabkan terjadinya pengangkatan dan penurunan permukaan bumi.Misalnya
pembentukan Deretan Sirkum Pasifik merupakan contoh dari Gerak Tektonik
Orogenesa ini.Gerak epirogenesa adalah gerak kulit bumi yang relatif
lambat, berlangsung lama dan meliputi daerah yang luas.Arah gerakan
epirogenetik adalah naik turun atau gerakannya ada yang keatas atau
kebawah. Gerakan epirogenetik akan membentuk dataran tinggi sebagai akibat
adanya pengangkatan pada lapisan batuan dan
juga mengakibatkan turunya daratan sehingga membentuk dataran rendah.
Gambar 6.Gerak
Vertikal (a) dan Horizontal (b)
REFERENSI
Encyclopaedia Britannica,
Inc. 2013.Plate Tectonics.
Kay, Marshall.1948.North American Geosynclines.
Krill, Allan.2011.Fixist vs Mobilists In The Geology Contest of The Century, 1844-1969.
No comments:
Post a Comment